Kisah sebentar II

Pengalaman mengajarkan segalanya. Ternyata oh ternyata, tidak semua orang yang kehilangan siap menghadapi kembalinya 'si hilang'. Kenapa saya mengatakan demikian? Ya, begitulah sebuah kenyataan yang saya alami. Bisa saja ada orang-orang berbeda yang mengalami masalah yang sama, mencoba hal yang sama, tetapi hasilnya bisa jadi berbeda-beda.

Si mas yang hilang pada episode 'kisah sebentar', ternyata tiba2 kembali, tepat sehari setelah saya tulis 'kisah sebentar' yang pertama. Dia menghubungiku lagi lewat chat. Lucunya, dia menghubungiku lagi dengan nomor baru, memberitahukan kalau dia ganti nomor setelah hampir seminggu dia hapus akun wa nya. Bayangkan, gimana rasanya setelah seminggu berlalu dan berusaha untuk tidak berlarut dalam sedih, dan tiba2 dia datang lagi?

Waktu itu rasanya nano2 banget ya. Di satu sisi, saya merasa kesal, karena disaat saya merasa sudah lebih tenang dan menerima kenyataan dia malah datang lagi. Di sisi lain, saya jadi kepo juga mengenai apa alasan ia kembali. Untuk mengulang lagi cerita yang sama kah? Atau ingin berubah dan memperbaiki yang salah? 

Tadinya, saya pikir, apa pun alasannya, ga ada salahnya berteman baik. Setelah dijalani, malah merasa nggak nyaman. Ada saja alasan dari dia supaya kita tetap komunikasi. Apalagi dia jadi sering menghubungi. Entah kenapa, perasaan itu terkikis dan sudah tidak seperti dulu lagi. Mungkin masih ada rasa kecewa dan tidak yakin sama kesungguhannya. 

Sampai pada suatu titik perenungan panjang, akhirnya saya memutuskan untuk menghapus kontaknya. Hal ini untuj kebaikan saya pribadi dan juga dia. Supaya kita bisa sama2 memulai kehidupan masing2 tanpa bayang2 satu sama lain. Percuma juga kan mengulang tapi hasilnya akan sama saja, tanpa kepastian. Rasanya memang harus realistis sih ya soal hubungan. Jangan gampang baper, soalnya perempuan kerap kali yang disalahkan lantaran katanya mudah baper. Padahal emang si laki2 yang menebar jaring, bukan karena memang dia kind, humble, and friendly. 

Lalu kemarin dia coba menchat lagi dengan nomor baru, tapi kali ini aku tidak membalasnya. Langsung aku hapus nomornya supaya aku gak ingat lagi dan menyimpan nomor baru itu. Sudah sebulanan ini, dia sudah 3 kali ganti nomor buat ngechat. Gak ngerti deh, tadinya saya salut, saya pikir dia benar2 mau move on waktu itu. Tapi malah dia datang lagi tapi tidak to the point tentang alasan dia kembali. 

Walau waktu itu saya yang mengakhiri, tapi itu kan juga bukan tanpa alasan. Buat apa menjalin hubungan tapi ga tau arahnya ke mana. Apalagi saya tipe orang yang sebenarnya tak mudah jatuh cinta, tapi kalo udah sayang ya susah buat berlalunya ketika harus berpisah. Daripada tersiksa ya kan? Makanya segi manapun perasaan, logika juga tetap harus jadi penyeimbang. Karena bisa jadi kan dia kembali bukan untuk memperbaiki tetapi hanya untuk cari perhatian. Karena merasa kehilangan perhatian yang dulu pernah ia dapatkan. 

Sekarang pemikiran saya jadi berubah, jadi realistis karena pengalaman yang sudah dialami. Kalau benar sungguh2 pasti dia tau harus bagaimana meyakinkan saya. Pun kalau dia mau memperbaiki sekarang, tak semudah itu saya bisa percaya. seperti terlalu banyak misteri dan rahasia dari sisi dia. Terlanjur dibuat skeptis. Intinya sih gak mau maksain kalau memang tidak cocok. Apalagi untuk hubungan ke arah masa depan, dengan siapa kita menghabiskan sisa umur. Jangan gegabah, jangan terburu2, tapi juga jangan main2.

 Baik atau tidaknya sebuah hubungan bisa dilihat dari cara menyelesaikan konflik. Apalagi untuk laki2, harus punya ketegasan dan jangan plinplan. Terlebih hal yang bikin kecewa itu ketika mendengar kata 'terserah'. Kata 'terserah' sebagai sebuah jawaban dari lisan laki2 bisa menunjukkan ketidaktegasan. Seorang pemimpin atau imam harus bisa memutuskan, karena dia adalah seorang leader. Ibarat kita nanya ke orang yang kita percaya bisa kasih tau arah yang benar akan suatu alamat semisal nanya belok kiri atau kanan, tapi dia jawabannya terserah. Bingung kan ya, apa gak tersasar? Hehehe

Intinya, jadi perempuan juga harus punya prinsip. Biarlah orang berkata apa, iseng bertanya yang sebenarnya tidak penting baginya semisal nanya kapan nikah. Jangan sampai karena hal itu jadi alasan buat kita menurunkan standar. Toh pada kenyataannya pernikahan bukan cerita di episode Drakor yang kalo udah nikah, terus happy ending. Justru setelah nikah itu kita harus siap lahir dan batin dalam menghadapi masalah bersama pasangan. Menikmati takdir rasanya adalah hal yang membahagiakan. Bukan envy atau nyinyir sama kisah hidup orang lain. Karena rumput tetangga akan selalu terlihat lebih hijau, walau belum tentu itu rumput asli. Dan harus yakin, Allah pasti akan kasih yang tepat di waktu yang tepat. Jangan lupa untuk mencintai diri sendiri. Karena kalau sudah cinta sama diri sendiri, nantinya akan mendatangkan cinta orang lain. Utamanya bahagiakanlah orang orang yang mencintaimu tanpa syarat, yaitu tak lain tak bukan ialah orang tuamu :)

Komentar

Postingan Populer