Selamat jalan, Mr. Optimis
Hari ini aku ingin bercerita mengenai seorang teman. Dua hari lalu (2 maret 2017), aku mendengar kabar bahwa ia telah pergi jauh. Pergi ke dunia yang berbeda, dengan tenang setelah ia menunaikan shalat subuhnya.
Aku memanggilnya "mr. Optimis" karena memang dia adalah seorang yang optimis dalam hidupnya, baik dan rendah hati, juga menginspirasi. Aku mengenalnya saat dia menjadi ketua BEM kampusku tahun 2013. Ternyata kita seangkatan, saat itu aku meng-add dia di salah satu akun jejaring sosialnya, dan ia menerima permintaan pertemanan dariku. Kami pernah saling me-like status satu sama lain. Wah, rasanya senang sekali waktu almarhum me-like statusku. Hahaha rasanya seperti anak abg yg sedang jatuh cinta. Ya, itulah salah satu kenangan yg ku ingat tentang almarhum.
Waktu itu (2013) aku penasaran pingin tau wujud mr.optimis ini secara langsung, dan alhamdulillah aku sempat melihatnya. Karena kita satu gedung UKM, dia di BEM Dan aku di radio kampus. Senang sekali rasanya pada waktu itu. Terlebih, setelah aku tau kalau rumahnya masih satu kecamatan denganku. Dan ternyata, itulah saat aku melihatnya untuk pertama dan sekaligus yg terakhir kalinya. Selanjutnya aku hanya mengetahui kabarnya lewat akun medsosnya.
Lama tak tau kabarnya, beberapa bulan lalu aku melihat di timeline akun medsos bahwa dia telah mengunggah status lamanya, yg intinya "hargailah perasaan orang lain jika ingin dihargai". Lalu aku me-like update-annya itu. Sampai akhirnya kutahu bahwa ia wafat tgl 2 maret 2017. Rasanya masih tidak percaya campur sedih. Banyak teman2nya yang memuji akhlak almarhum semasa hidup. Karena memang itulah ia. Manusia wafat meninggalkan nama. Orang yg shaleh, baik, rendah hati, pintar, dan bersahaja itu telah pergi selama-lamanya, bahkan sebelum aku sempat menjumpainya lagi. Ingin rasanya aku ke rumahnya atau ke pusaranya untuk ziarah, tapi aku tak tau dimana letak rumahnya atau letak persis pusaranya. Hanya doa yang bisa kutitipkan pada Allah. Semoga amal ibadah mr. Optimis diterima di sisiNya, diampuni dosa2nya dan di tempatkan bersama orang2 saleh. Amiin
Aku memanggilnya "mr. Optimis" karena memang dia adalah seorang yang optimis dalam hidupnya, baik dan rendah hati, juga menginspirasi. Aku mengenalnya saat dia menjadi ketua BEM kampusku tahun 2013. Ternyata kita seangkatan, saat itu aku meng-add dia di salah satu akun jejaring sosialnya, dan ia menerima permintaan pertemanan dariku. Kami pernah saling me-like status satu sama lain. Wah, rasanya senang sekali waktu almarhum me-like statusku. Hahaha rasanya seperti anak abg yg sedang jatuh cinta. Ya, itulah salah satu kenangan yg ku ingat tentang almarhum.
Waktu itu (2013) aku penasaran pingin tau wujud mr.optimis ini secara langsung, dan alhamdulillah aku sempat melihatnya. Karena kita satu gedung UKM, dia di BEM Dan aku di radio kampus. Senang sekali rasanya pada waktu itu. Terlebih, setelah aku tau kalau rumahnya masih satu kecamatan denganku. Dan ternyata, itulah saat aku melihatnya untuk pertama dan sekaligus yg terakhir kalinya. Selanjutnya aku hanya mengetahui kabarnya lewat akun medsosnya.
Lama tak tau kabarnya, beberapa bulan lalu aku melihat di timeline akun medsos bahwa dia telah mengunggah status lamanya, yg intinya "hargailah perasaan orang lain jika ingin dihargai". Lalu aku me-like update-annya itu. Sampai akhirnya kutahu bahwa ia wafat tgl 2 maret 2017. Rasanya masih tidak percaya campur sedih. Banyak teman2nya yang memuji akhlak almarhum semasa hidup. Karena memang itulah ia. Manusia wafat meninggalkan nama. Orang yg shaleh, baik, rendah hati, pintar, dan bersahaja itu telah pergi selama-lamanya, bahkan sebelum aku sempat menjumpainya lagi. Ingin rasanya aku ke rumahnya atau ke pusaranya untuk ziarah, tapi aku tak tau dimana letak rumahnya atau letak persis pusaranya. Hanya doa yang bisa kutitipkan pada Allah. Semoga amal ibadah mr. Optimis diterima di sisiNya, diampuni dosa2nya dan di tempatkan bersama orang2 saleh. Amiin
Komentar
Posting Komentar