Fajar dan Senja Dalam Cerita

Senja tak menyangka, bahwa kisahnya bersama Fajar akan berakhir begitu saja. Mereka masih saling mengikuti di sosial media, namun tak ada interaksi yang berarti. Fajar benar-benar tak bergeming, sebagaimana fajar yang dahulu senja kenal.


Setiap kali ada topik yang bagus, Senja selalu teringat pada Fajar. Senang, sedih selalu teringat Fajar untuk bercerita. Teringat akan Fajar yang selalu bersedia menjadi pendengar dan teman bercerita akan banyak hal. Tapi lagi-lagi Senja sadar, senja harus mampu beradaptasi dengan situasi yang tengah ia hadapi. 

Fajar, seseorang yang mampu membuat senja berlalu dari bayang-bayang Dino. Fajar yang selama sebulan memberi warna pada senja. Kini hanya bisa senja rindukan tanpa harap balas. Meski senja tau konsekuensi bila memaksakan kehendak dengan fajar belum tentu hal yang tepat. Fajar, senja tau ini sulit, tapi senja harus tetap melangkah. Hanya Tuhan yang bisa menjawab semua, apakah pertemuan Fajar dan Senja akan terjadi? Agar menjawab semua rasa penasaran senja.

.
.
Aku menyebutnya dengan nama Fajar. Ini karena ia sangat suka memotret waktu dini hari menjelang fajar hingga mentari terlihat dari balik gunung. Ia sangat suka mengabadikan langit yang bertabur bintang membentuk jalan susu, hingga munculnya sang surya dari balik gunung lewat lensa kameranya yang ciamik. Ia sempat mengirimkan beberapa hasil jepretannya yang indah itu. Dan itu, masih Senja simpan hingga sekarang. Bahkan sempat ia jadikan wallpaper di telepon genggamnya.
.
.
Sebut saja Senja. Tokoh utama yang aku ceritakan. Di sini kutulis diriku sebagai sudut pandang orang ketiga serba tahu. Orang yang mengetahui isi hati si Senja nan melankolia. Senja yang kesehariannya terlihat sebagai sanguinis yang selalu ceria, namun menjadi sosok melankolis ketika jatuh cinta.

Sumber: dokumentasi pribadi

Inilah alasanku menamakan pemeran utama dalam cerita ini dengan nama Senja. Selain karena ia sangat suka sekali melihat senja, ternyata kisahnya mirip dengan situasi orang yang senang melihat senja. Situasi dimana ia harus merelakan sang surya menghilang di balik lautan luas. Mencintai sekaligus merelakan. Bahwa pada akhirnya ia tahu, bahwa titik cintanya itu adalah menerima rasa yang hadir sekaligus konsekuensinya. 





Komentar

Postingan Populer