Gapapa, It's Okay
"Gapapa.. it's okay!" Itulah quotes dari seorang teman yang bikin gue jadi terngiang-ngiang terus, dan akhirnya jargon inilah menginspirasi gue buat nulis lagi sekarang. Pada episode kali ini ya udah pasti ada curahan hati yang tertuang seiring perjalanan hidup gue. Semisal apa yang gue rasain seiring usia hidup gue yang sudah kepala tiga.
Oh, ternyata begini ya, rasanya jadi dewasa? Ketika dihadapkan pada pilihan-pilihan. Tentunya, kita tidak boleh gegabah. Bahkan tak punya pilihan pun, sebenarnya kita tetap punya pilihan. Hanya saja mungkin hal tersebut adalah pilihan yang sulit karena memlertimbangkan satu dan lain hal.
Kali ini gue tuh terkaget-kaget dengan perubahan yang sangat signifikan atas orang-orang di sekitar gue. Wow, sebenernya harusnya sih gue ga kaget. Karena ini masalah waktu aja sebenarnya. Seperti hal yang pernah gue tulis di quora, ada 3 hal yang setidaknya bisa bikin kita tau bagaimana karakter seseorang yang sesungguhnya, yaitu lihatlah sikapnya:
1. Ketika marah
2. Ketika dalam perjalanan jauh nan berliku
3. Ketia ia menempati posisi atau jabatan
Pertama, lihat bagaimana dia mengatur emosinya. Dari poin 1 sampai 3, gue rasa ujian terbesar kita saat ini ya poin ke-1. Karena dari semuanya, yang otomatis tiap orang lalui paling sering ya itu, ketika marah. Apakah dia kasar bertutur kata, atau melakukan kekerasan fisik, atau menjatuhkan dan mempermalukan lawannya di depan umum.
Kedua, lihat sikapnya ketika dalam perjalanan jauh nan berliku. Garis bawahi, ketika dalam perjalanan nan berliku. Bukan jalan-jalan yang have fun. Berliku yang gue maksud di sini adalah ketika kalian harus dihadapkan dengan hal-hal berbagi. Berbagi kamar mandi, kalo ada yang kesusahan ditolongin apa nggak, egois apa nggak ketika menggunakan fasilitas bersama, julid atau nggak, suka sumpah serapah atau nggak.
Ketiga, lihat sikapnya ketika memimpin suatu jabatan tertentu. Ada yang diuji dengan uang, ada juga yang diuji dengan teman. Dan semua itu, butuh yang namanya keadilan. Intinya, seorang pemimpin itu harus bijaksana. Tidak tidak korup, tidak berat ke teman dekatnya, tapi lebih kepada kepentingan bersama. Intinya lihat apakah dia sosok yang bijak atau tidak, bisa dilihat dari keputusan-keputusannya.
Yap, mungkin segitu saja tulisan hari ini. Tentunya 3 hal di atas juga berlaku untuk diri sendiri. Ketika kita sadar kita pernah keliru, maka tidak ada salahnya memperbaiki diri. Tulisan ini semoga bisa jadi pengingat diri ini, juga siapapun yang membacanya. Biar suatu saat pas buka blog ini dan baca lagi, bisa ngingetin diri sendiri. Lakukan sesuatu karena mencari ridho Allah, bukan mengesankan manusia.
Komentar
Posting Komentar