Surat untuk Mas I (bagian 1): Dear mas I
Aku sedang tak bisa bersajak hari ini
Tapi aku hanya ingin bercerita
Menuturkan apa yang dirasa tanpa menggunakan prosa
Mengenalmu membuatku lebih bahagia
Saling bercerita, tertawa, juga sapaan pagi
Hal yang kini sangat aku rindukan
Bersamamu selalu tidak pernah kehabisan topik
Lucu memang, belum lama kenal tapi serasa teman akrab
Hal yang saat ini sangat aku rindukan
Mungkin aku terlalu ceroboh dalam mengambil keputusan
Terlalu dini untuk pamit, ketika menyadari rasa itu telah hadir
Pergi hanya untuk memastikan apakah aku bisa melewati hari tanpamu dan juga pembicaraan kita yang terlanjur menjadi candu bagiku.
Kita berbeda, tapi kita cocok dalam perbedaan itu
Aku yang anak IPS bercerita tentang duniaku, dan kau yang anak IPA dan juga mendalami bidang teknik sipil bercerita tentang duniamu
Begitupun dengan suku, hal yang membuatku terhenyak dan kalah duluan
Begitupun dengan suku, hal yang membuatku terhenyak dan kalah duluan
Walaupun kamu menegaskan itu hanya harapan keluarga, tapi tidak memaksakan.
Andai kamu tau alasan apa yang membuatku ingin pergi
Aku takut bila aku terobsesi memilikimu mas
Takut bila itu tidak bisa terwujud pada akhirnya
Hal yang tak sanggup aku ungkapkan
Egois, dan sangat pengecut
Dekat tanpa terikat
Akrab tanpa mengikat
Aku ingat saat pertama kita jumpa
Senyummu yang melihatku apa adanya
Itu adalah hal yang tidak ku lupa
Memang benar, tidak ada pertemanan murni
antara laki-laki dan perempuan
Aku ingin kembali mas..
Apa kamu masih mau untuk menerima kehadiranku lagi?
Atau kau juga sudah tak ada di sana lagi?
Apakah rasa itu masih sama?
Aku tak ingin jauh membayangkan apa yang akan terjadi nanti
Biar ku serahkan pada Tuhan bagaimana akhir dari cerita kita
Tapi untuk mengetahui bagaimana kisahnya, aku harus cari tahu dulu bukan?
Mas, mungkin kamu tidak akan membacanya.
Tapi kalau kamu membacanya, kamu pasti tau kalau ini untuk kamu. Bagaimana mungkin aku bisa lupa pada orang yang memberi warna dihidupku? Terlebih, disaat2 pandemi seperti sekarang ini. Terlepas kita akan menjadi apa pada akhirnya, aku ikuti alur Tuhan saja
Jakarta, 9 Juni 2020
22.30 WIB
Komentar
Posting Komentar